Komunikasi
Persuasif
Pengertian Komunikasi Persuasif
Bachtiar Aly, memberikan pengertian komunikasi ke dalam dua hal. Pertama
adalah informasi. Terjadi proses pengiriman informasi, baik itu melalui
lambang-lambang maupun gambaran yang berupa stimulus, dalam bentuk tulisan,
lisan ataupun isyarat. Kedua adalah persuasif. Setiap aktivitas komunikasi
mengharapkan adanya perubahan pada komunikannya. Bila merujuk kepada taksnomi
Bloom, tentunya perubahan yang diharapkan terjadi baik pada ranah afektif,
kognitif dan psychomotorik.. Kegiatan komunikasi memiliki dua aspek yaitu aspek
informatif dan aspek persuasif.
Aristoteles memberikan rumusan sederhana tentang metode persuasif yang
sering juga disebut sebagai common sense, yang mana rumusan itu adalah:
- The etical or emotional mode of persuasion. Metode persuasi dengan etika. Komunikator ulung adalah komunikator yang perilakunya menjadi rujukan banyak orang. Seorang komunikator mesti menjadi teladan bagi banyak orang
- The pathetic or emotional mode of persuasion. Persuasi dengan memakai emosi. Komunikan akan berubah dan mengikuti pandangan seorang komunikator yang berhasil melakukan pendekatan emosional.
- The logical mode of persuasion. Komunikan akan mengikuti pembicaraan komunikator yang sistematis dan logis.
Dalam melakukan kegiatan komunikasi, seorang komunikator yang melakukan
kegiatan persuasi (bujukan) dan sering dikatakan bahwa sebetulnya kegiatan
komunikator ketika menyampaikan pesan itu sama dengan kegiatan pembujuk atau
persuader. Artinya, bagi pemberi pesan melakukan persuasi tersebut
merupakan tujuan dari proses komunikasi yang dilakukan dan persuasi
(komunisuasi) itu merupakan proses belajar yang bersifat emosional atau
perpindahan anutan dari hal yang lama ke hal yang baru melalui penanaman suatu
pengertian dan pemahaman.
Model Komunikasi Persuasif
Menurut Otto Lerbinger di dalam bukunya Design for persuasive
communication, ada beberapa model untuk merekayasa persuasi, antara lain
sebagai berikut.
a. Stimulus respons
Model persuasi ini cara yang paling sederhana, yaitu berdasarkan konsep
asosiasi. Misalnya jika seseorang selalu kelihatan berdua terus-menerus
sepanjang waktu dan satu saat hanya terlihat sendiri, maka orang lain akan
merasakan ada sesuatu yang kurang lengkap dan sudah dipastikan orang akan
bertanya ke mana temannya itu. Melalui slogan atau magic word tertentu
dalam iklan seperti kata-kata “three in one”, orang akan ingat
pembatasan penumpang minimal tiga orang dalam satu mobil ketika melewati Jalan
Protokol, Jalan Tamrin, dan Jalan Sudirman, Jakarta pada jam tertentu. Oleh
karena itu, untuk mengingatkan orang, kata-kata populer “Three in one” tersebut
digunakan pada produk shampoo, Dimension.
b. Kognitif
Model ini berkaitan dengan nalar, pikiran dan rasio untuk peningkatan
pemahaman, mudah dimengerti, dan logis bisa diterima. Dalam melakukan persuasi
pada posisi ini, komunikator dan komunikan lebih menekankan penjelasan yang
rasional dan logis. Artinya, ide atau informasi yang disampaikan tersebut tidak
bisa diterima sebelum dikenakan alasan yang jelas dan wajar.
c. Motivasi
Motivasi yaitu persuasi dengan model membujuk seseorang agar mau mengubah
opininya atau agar kebutuhan yang diperlukan dapat terpenuhi dengan menawarkan
sesuatu ganjaran tertentu. Dengan memotivasi melalui pujian, hadiah, dan
iming-iming janji tertentu melalui berkomunikasi, maka lambat-laun orang
bersangkutan bisa mengubah opininya.
d. Sosial
Model persuasi ini menganjurkan pada pertimbangan aspek sosial dari publik
atau komunikan, artinya pesan yang disampaikan itu sesuai dengan status sosial
yang bersangkutan sehingga proses komunikasi akan lebih mudah dilakukan.
Misalnya, kampanye iklan mobil mewah lebih berhasil kalau menonjolkan sesuatu
yang “prestise” daripada menampilkan kelebihan mesin dan irit bahan bakarnya karena
konsumen berduit lebih memperhatikan penampilan status sosialnya.
e. Personalitas
Model persuasi di sini memperhatikan karakteristik pribadi sebagai acuan
untuk melihat respon dari khalayak tertentu.
Taktik Persuasi
Salah satu strategi persuasi adalah berupaya mencari tahu sesuatu yang
telah diyakini dan dapat membujuk komunikan, sekaligus mempengaruhi agar opini
“digiring” sesuai dengan keinginan dan tujuan dari komunikasi tersebut, antara
lain melalui teknik-teknik atau kiat-kiat tertentu.
a. Teknik “Ya – ya”
Kiat dan teknik persuasi berupaya untuk menggiring audiensi (khalayak)
untuk mengatakan “ya” sebagai suatu kesepakatan bersama sesuai dengan keinginan
komunikator.
b. Jangan tanya “apabila”, tetapi “yang mana”
Teknik ini untuk memojokkan audiensi yang “keras kepala” agar tidak
mempunyai kesempatan untuk memilih jawaban yang selain diinginkan oleh
komunikator. Artinya, dengan langsung memojokkan pertanyaan yang menekan
tersebut, audiensi yang menghindar diri atau mengelak karena berbeda pendapat
bisa segera diketahui jawabannya sesuai dengan yang diinginkan.
c. Menjawab “pertanyaan” dengan melemparkan “pertanyaan”
Model persuasi disini agak kehilangan kontrol atau pegangan dan sebagai
komunikator yang menguasai communication skill langsung membimbing kembali
diskusi, rapat, atau dialog yang bertele-tele untuk memfokuskan kembali
pembicaraan pada tema yang disepakati bersama.
d.
Membangun kesepakatan (deal)
Biasanya dalam membicarakan
kepentingan orang banyak atau antara perusahaan dengan karyawannya, atasan
dengan bawahan, pemimpin dengan pengikutnya, atau komunikator dengan
audiensinya dibangun kesepakatan. Biasanya sebelum inti pokok permasalahan diajukan, untuk
itu perlu diadakan “kesepakatan bersama”. Artinya, dalam posisi yang saling
menguntungkan kedua belah pihak.
e. Dengarkan dahulu pendapat floor kemudian
diskusikan
Ini taktik persuasi mencari informasi audiensi yang sebanyak-banyaknya (sounding
technique) untuk mencari masukan, baru kemudian diskusikan secara bersama
untuk mencapai suatu keputusan.
f.
I Owe You (IOU)
Taktik persuasi ini sering disebut trade off. Taktik ini menempatkan
audiensi sebagai pihak yang merasa mempunyai utang budi. Jadi, dengan cara
tersebut audiensi ingin membayar utangnya dengan cara menerima pesan yang
ditawarkan oleh pihak komunikator sebagai balasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar