Upaya
pimpinan dalam meningkatkan kinerja karyawan ini tidak terlepas dari adanya
komunikasi.Komunikasi merupakan faktor penting kehidupan suatu organisasi baik
organisasi yang dilakukan oleh pimpinan terhadap karyawan maupun komunikasi
yang dilakukan oleh karyawan itu sendiri.Peran pimpinan dalam mengerakkan
sumber daya yang ada sangat menentukan terhadap sukses tidaknya organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Tujuan
memilih teknik ini adalah memperoleh efek yang langsung atau tahan lama sesuai
dengan yang diinginkan komunikator.Komunikasi persuasive disini lebih mengarah
pada kegiatan psikologis, suatu teknik komunikasi yang memiliki aspek-aspek
manusiawi.
Beberapa
teknik dalam komunikasi persuasif yang dikemukakan oleh Effendy (1992: 22)
yaitu: Pertama, Teknik Integrasi adalah kemampuan komunikator
untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan.
Kedua, Pay-Off Idea adalah
kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming- ngiming hal yang
menguntungkan atau yang menjanjikan harapan. Ketiga, Iching Device yaitu
menata pesan komunikasi dengan himbauan emosional sedemikian rupa sehingga
komunikan menjadi lebih tertarik.
Adanya
komunikasi persuasif yang diterapkan di lingkungan kerja adalah mempererat
hubungan pimpinan dan karyawan yang secara tidak langsung akan mampu
meningkatkan kinerja karyawan. karena didalam suatu perusahaan, komunikasi itu
sangat penting. Seperti yang dijelaskan oleh Lindgren (dalam Effendy, 2001: 17)
yang menyatakan bahwa Effective Leadership Means Effective Communication .Seorang
pimpinan harus mampu melaksanakan komunikasi secara efektif jika ingin
melaksanakan kepemimpinan yang efektif. Seorang pimpinan berkomunikasi efektif
bila ia mampu membuat para karyawan melakukan kegiatan tertentu dengan
kesadaran, kegairahan, dan kegembiraan. Suasana seperti itu diharapkan dapat
meningkatkan kinerja yang tinggi…
Teori dan Konsep
Beberapa
kerangka teori yang akan digunakan dalam menganalisis permasalahan utama
Strategi Komunikasi
Prof. Dr. Onong Uchjana Effendy
menjelaskan bahwa : Strategi komunikasi adalah paduan dari perencanaan
komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai suatu tujuan komunikasi. Strategi komunikasi
tidak hanya berfungsi sebagai petunjuk arah komunikasi, tetapi juga menunjukkan
bagaimana taktik operasional komunikasi.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa
strategi komunikasi merupakan bagian dari konsep manajemen komunikasi dalam
pencapaian tujuan yang diinginkan.Untuk mencapai tujuan tersebut strategi
komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis
harus dilakukan.Strategi komunikasi juga menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan
komunikasi secara efektif. Lebih lanjut, Onong Uchjana Effendy menjelaskan
bahwa : Strategi komunikasi mempunyai fungsi untuk menyebarluaskan pesan
komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif, secara
sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal dan menjembatani
kesenjangan budaya akibat kemudahan diperolehnya dan dioperasionalkannya media
masa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.
Beliau juga mengemukakan beberapa
komponen-komponen dalam strategi komunikasi, antara lain:
1)
Mengenali sasaran komunikasi.
Sebelum melancarkan komunikasi perlu
dipelajari siapa saja yang akan menjadi sasaran komunikasi. Mengenali sasaran
komunikasi bergantung pada tujuan komunikasi, apakah agar komunikan hanya
sekedar mengetahui (dengan metode informatif) atau agar komunikan melakukan
tindakan tertentu (metode persuasif atau instruktif).Onong Uchjana Effendy; Ilmu
Komunikasi (Teori dan Praktek); PT Remaja Rosdakarya; Bandung; 1992; hal.
32.
2)
Pemilihan media komunikasi
Untuk mencapai sasaran komunikasi
komunikator harus dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media
komunikasi, tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan
disampaikan dan teknik yang akan digunakan. Pemilihan media komunikasi di sini
yang digunakan dalam berkomunikasi berupa bahasa.
Pesan dalam bahasa yang disampaikan
ini bisa berupa pesan verbal dan pesan non verbal.Pesan yang berbentuk verbal
ini berupa pesan yang dapat diuraikan dalam bentuk kata–kata yang biasa
diwujudkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Sedangkan pesan yang berupa non
verbal ini berbentuk gerak tubuh, ekspresi wajah ,tekanan suara, bau dan
lainnya. Komunikasi non verbal juga efektif bila komunikasi verbal sulit
diterapkan dalam proses pendidikan anak autisme.
3)
Pengkajian tujuan pesan komunikasi
Pesan komunikasi mempunyai tujuan
tertentu.Ini menentukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi,
teknik persuasi, atau teknik instruksi.Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan
dan lambang.Isi pesan komunikasi bisa satu, tetapi lambang yang digunakan bisa
bermacam-macam.Lambang yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan isi pesan
adalah bahasa, gambar, warna dan lain-lain.
Komunikasi
Persuasif
Ronald
L. Applbaum dan Karl W.E Anatol (1974:12) dalam Komunikasi Persuasif mendefinisikan
komunikasi persuasif sebagai berikut : Komunikasi yang kompleks ketika individu
atau kelompok mengungkapkan pesan (sengaja atau tidak sengaja) melalui caracara
verbal dan non verbal untuk memperoleh respon tertentu dari individu atau
kelompok lain.
Adapun
Dedy Djamaluddin menjelaskan sebagai berikut :
”Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bersifat mempengaruhi
tindakan, perilaku, pikiran dan pendapat tanpa dengan cara paksaan, baik itu
fisik maupun non-fisik”.
Kedua
kutipan di atas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam berkomunikasi
persuasif, argumen komunikator seyogyanya masuk akal atau logis, sehingga
komunikan merasa yakin akan pesan persuasif yang disampaikannya dan akhirnya
mau berperilaku sesuai kehendak komunikator. Karakteristik komunikator sangat
penting untuk mencapai tujuan persuasifnya, sebab yang berpengaruh bukan hanya
pesan persuasifnya saja, tetapi kondisi komunikator juga turut berpengaruh.
Komunikator tidak akan dapat mempengaruhi atau bahkan merubah sikap, tindakan
dan pendapat seseorang hanya dengan mengatakannya saja.
Karakteristik Komunikator Dalam
Proses Persuasif
Efektifitas
dan keberhasilan komunikasi persuasif tidak bisa lepas dari kredibilitas
komunikator dan kepiawaiannya mengemas pesan-pesan yang meyakinkan audiens
(komunikan) tentang kebenaran dan pentingnya pesan yang ia sampaikan. Memang,
dalam sebuah proses komunikasi, pesan yang diterima audiens bukan hanya
ditentukan oleh isi pesannya saja, melainkan oleh berbagai faktor, dan faktor
tersebut yang terpenting adalah komunikator. Aristoteles mengatakan bahwa
komunikator pada hakikatnya tidak hanya mengkomunikasikan sebuah pesan, tetapi
dirinya sendiri adalah pesan itu sendiri. Sesungguhnya ada 3 komponen dalam
karakteristik sumber atau komunikator, yaitu credibility, attractiveness
dan power (kekuasaan), yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1) Credibility
(kredibilitas)
Kredibilitas adalah seperangkat
persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator, meliputi :
a.
Kredibilitas adalah persepsi komunikan.
b. Kredibilitas
berkenaan dengan sifat-sifat komunikator yang selanjutnya disebut dengan
komponen-komponen kredibilitas. Komponen-komponen kredibilitas terdiri dari 2
hal yang paling penting, yaitu keahlian dan kepercayaan.Keahlian adalah kesan
yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan
topik yang dibicarakan.Komunikator yang dinilai tinggi dianggap sebagai cerdas,
mampu, ahli dan berpengalaman.Kepercayaan adalah kesan komunikan tentang
komunikator yang berkaitan dengan wataknya, apakah komunikator dinilai jujur,
tulus, bermoral, adil, etis atau bahkan sebaliknya.Karena kredibilitas itu
masalah persepsi, jadi kredibilitas dapat berubah-ubah tergantung pada pelaku
persepsi atau komunikan, topic yang dibahas dan situasi pada penyampaian
pesan.Kredibilitas seorang komunikator dapat berubah bila terjadi perubahan
khalayak, topik dan waktu. Koehler, Annatol, dan Applbaum (1978:144-147)
menambahkan 4 komponen dalam kredibilitas yaitu:21
(1)
Dinamisme, komunikator memiliki dinamisme bila dipandang sebagai bergairah,
bersemangat, aktif, tegas dan berani.
(2)
Sosialbilitas, kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang periang
dan senang bergaul.
(3)
Kooreientasi, merupakan kesan komunikan tentang komunikatorsebagai orang yang
mewakili kelompok yang disenangi danmewakili nilai-nilai.
(4)
Karisma, digunakan untuk menunjukkan suatu sifat yang luar biasa dimiliki oleh
komunikator yang menarik dan mengendalikan komunikan seperti magnet menarik
benda-benda sekitarnya.
2) Attractiveness
(atraksi)
Atraksi
ini lebih kepada bentuk fisik, daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan dan
kemampuan. Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik dan karena ia menarik
sehingga mempunyai daya persuasif. Daya tarik fisik ini dapat berupa paras
wajah yang cantik atau tampan dan dalam berpakaian. Sedangkan yang dimaksud
dengan kesamaan adalah kesamaan sikap dan kepercayaan. Seseorang akan mudah
berempati dan merasakan perasaan orang lain yang dipandangnya sama dengan
dirinya, yang dapat berupa kepercayaan, sikap, maksud dan nilai-nilai
sehubungan dengan suatu persoalan.
3) Power
(kekuasaan)
Kekuasaan
adalah kemampuan untuk menimbulkan ketundukan.Kekuasaan menyebabkan seorang
komunikator dapat memaksakan kehendaknya pada orang lain karena ia mempunyai
sumber daya yang penting. Berdasarkan sumber daya yang dimiliki seorang
komunikator, kekuasaan dapat dibedakan sebagai berikut :
a)
Kekuasaan koersif
Kemampuan komunikator untuk
mendatangkan ganjaran atau hukuman pada komunikan.Ganjaran dan hukuman itu
dapat berupa personal misalnya benci dan suka atau impersonal, misalnya
pemecatan dan kenaikan pangkat.
b)
Kekuasaan keahlian
Kekuasaan ini berasal dari
pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan keahlian yang dimiliki oleh
komunikator.Misalnya seorang guru memberikan pekerjaan rumah kepada muridnya
untuk lebih memahami mata pelajaran yang telah disampaikan di kelas.
c)
Kekuasaan rujukan
Di sini komunikan menjadikan
komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya, komunikator
dikatakanmemiliki kekuasaan rujukan bila ia berhasil menanamkan kekaguman pada
komunikan.
d)
Kekuasaan legal
Kekuasaan ini berasal dari
seperangkat peraturan atau norma yang menyebabkan komunikator berwenang untuk
melakukan suatu tindakan. Seperti Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota dan lain
sebagainya.
Kekuasaan
timbul dari interaksi antara komunikator dengan komunikan.Jenis apapun
kekuasaan yang dipergunakan, kekuasaan adalah pengaruh yang paling lemah
dibandingkan dengan kredibilitas dan atraksi, sehingga selayaknya kekuasaan
digunakan setelah kredibilitas dan atraksi berhasil diterapkan pada komunikan.
Proses Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif terdiri dari
beberapa proses sebagai berikut:
1)
Landasan sikap
Menurut Martin Fisbein, sikap adalah
suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak
menyenangkan atau netral terhadap suatu obyek atau sekumpulan obyek.
Komunikator harus menghubungkan pesannya dengan memotivasi faktor-faktor dalam
pikiran komunikan.Jika komunikator menginginkan suatu sikap positif terhadap
komunikan maka hubungkan dengan pemenuhan kebutuhan, tujuan dan ungkapan
nilai-nilai yang mendasar. Terdapat empat macam argumen yang membentuk hubungan
antara faktor motivasi dengan obyek persuasi, yaitu :
a)
Argumen kontigensi
Hubungan kontigensi adalah
sebab-akibat atau juga disebut hubungan kemungkinan. Persuasi yang dilakukan
dengan cara ini diambil dari pemikiran bahwa tanggapan yang benar terhadap
obyek komunikasi akan menghasilkan pemuasan kebutuhan, pencapaian tujuan atau
ungkapan nilai. Setiap komunikasi persuasif dalam menggunakan fakta-fakta untuk
membangun mata rantai sebab-akibat antara komunikator dengan memotivasi komunikan
maka komunikator tersebut menggunakan hubungan kontigensi.
b)
Argumentasi kategorisasi
Argumen kategorisasi adalah bagian
dari seluruh argumentasi dengan cara mendahulukan alasan-alasan kemudian
disusul dengan tujuan dari proses komunikasi tersebut. Sebagai contoh seorang
pedagang memberikan alasan ”kalau ingin barang yang lebih bagus mutunya” dan
dilanjutkan dengan ”harus memilih barang yang harganya lebih mahal”. Berarti
pedagang tersebut menggunakan argumentasi kategorisasi.
c)
Argumentasi persamaan atau perbandingan
Argumentasi ini menghubungkan
komunikan dengan obyek lain yang diketahui oleh komunikator sehingga komunikan
akan memandang komunikator sebagai orang yang menyenangkan. Misalnya : seorang
pedagang membandingkan merk produk yang laku keras di pasaran dengan merk
produk yang akan dibeli oleh konsumen.
d)
Argumentasi koinsidental
Argumentasi koinsidental adalah
argumen yang dipandang sebagai kebiasaan. Argumentasi ini tidak dapat dibentuk
dengan pembuktian dan penataran, akan tetapi berkaitan dengan penyajian obyek
persuasi atau komunikan dan pesanpesan motivasi didalam konteks yang sama.
Media Komunikasi Persuasif
Didalam
komunikasi persuasif, juga dikenal adanya beberapa media, yaitu:
1.
Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau
kata-kata yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tertulis.
Komunikasi verbal merupakan karakteristik khusus manusia, tidak ada makhluk
lain yang dapat menyampaikan macam-macam arti melalui kata-kata. Kata-kata
dapat juga dimanipulasi untuk menyampaikan secara eksplisit sejumlah arti.
2.
Non-verbal
Komunikasi
non-verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan
kata-kata, komunikasi ini menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, intonasi nada
(tinggirendahnya nada), kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan
sentuhan-sentuhan. Komunikasi non
verbal ini paling banyak pengaruhnya dalam proses komunikasi persuasif, karena
dalam prosesnya komunikan lebih banyak dan lebih mempercayai tandatanda
non-verbal daripada verbal. Menurut Mark
L. Knapp, fungsi komunikasi non-verbal dalam hubungannya dengan komunikasi
verbal, dibagi menjadi
lima, antara lain :
a.
Repetisi Mengulang kembali gagasan atau ide yang sudah disajikan secara verbal.
Misalnya : setelah menjelaskan penolakan makan biasanya disusul dengan
menggelengkan kepala berkali-kali.
b.
Substitusi Menggantikan komunikasi verbal. Misalnya bila menunjukkan
persetujuan, maka akan menganggukkan kepala.
c.
Kontradiksi Menolak pesan verbal atau memberikan makna lain terhadap komunikan.
Misalnya memuji prestasi teman tetapi dengan mencibirkan bibir.
d.
Komplemen Melengkapi dan memperkaya pesan non-verbal. Misalnya bila terluka,
maka mimik wajah akan memberikan makna sesakit apa luka itu diderita.
e.
Aksentuasi Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, betapa
jengkelnya komunikator terhadap komunikan sambil memukul meja.
f.
Bentuk Komunikasi Persuasif Bentuk komunikasi persuasif yang dilakukan oleh
Da’i Abdul Haq S.Ag dalam penelitian ini adalah secara tatap muka atau bentuk
komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi sebenarnya adalah bukan
sekadar komunikasi yang terjalin antara dua orang tanpa perantara media (face
to face). Burgoon dan Ruffner (1978) mengatakan bahwa komunikasi antar
pribadi harus dibedakan dari berbicara di muka umum maupun komunikasi di dalam
kelompok.
Komunikasi
antar pribadi juga harus mampu mencerminkan bahwa manusia yang berkomunikasi
mampu mengekspresikan kehangatan, keterbukaan, dukungan terhadap pihak yang
sedang diajak berkomunikasi.
Sebagaimana
penjelasan diatas, ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi
antara dua individu merupakan komunikasi antar pribadi (Liliweri, 1991).
Sifat-sifat komunikasi antar pribadi itu adalah :
1. Melibatkan di
dalamnya perilaku verbal dan non verbal.
2. Melibatkan
perilaku spontan, tepat, dan rasional.
3. Komunikasi
antar pribadi tidaklah statis, melainkan dinamis.
4. Melibatkan
umpan balik pribadi, hubungan interaksi, dan koherensi (pernyataan yang satu
harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).
5. Komunikasi
antar pribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
6. Komunikasi
antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan.
7. Melibatkan di
dalamnya bidang persuasif. (Lita (2004)
Terbentuknya Budaya Kerja
Budaya
kerja terbentuk begitu satuan kerja atau organisasi itu berdiri.“being
developed as they learn to cope with problems of external adaption and
internalintegration” artinya pembentukan budaya kerja terjadi tatkala
lingkungan kerja atau organisasi belajar menghadapi masalah, baik yang
menyangkut perubahan-perubahan ekternal maupun internal yang menyangkut
persatuan dan keutuhan organisasi (Sithi- Amnuai, Ndraha, 2003:76). Perlu waktu
bertahun bahkan puluhan dan ratusan tahun untuk membentuk budaya kerja.
Pembentukan budaya di awali oleh (para) pendiri (founders) atau pimpinan
paling atas (top management) atau pejabat yang ditunjuk, dimana besarrnya pengaruh yang dimilikinya
akan menentukan suatu cara tersendiri apa yang dijalankan dalam satuan kerja
atau organisasi yang dipimpinnya. Gambar berikut merupakan proses terbentuknya
budaya kerja dalam satuan kerja atau organisasi.
Robbins
(1996:301-302) menjelaskan bagaimana budaya kerja di bangun dan dipertahankan
ditunjukkan dari filsafat pendiri atau pimpinannya.Selanjutnya budaya ini
sangat dipengaruhi oleh kriteria yang digunakan dalam mempekerjakan pegawai.
Tindakan pimpinan akan sangat berpengaruh terhadap perilaku yang dapat
diterima, baik dan yang tidak. Bagaimana bentuk sosialisasi akan tergantung
kesuksesan yang dicapai dalam menerapkan nilai-nilai dalam proses seleksi.
Namun secara perlahan nilai-nilai tersebut dengan sendirinya akan terseleksi
untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang pada akhirnya akan muncul
budaya kerja yang diinginkan. Meskipun perubahan budaya kerja memakan waktu
lama dan mahal (Brown;1995, Furnham dan Gunter, 1993; Scheider, Gunarson dan
Nilles-Jolly, 1994 dalam Ellyana (2008).
Sementara
Collins dan Porras dalam Sinamo (2002:3-4) mengatakan bahwa Satuan kerja atau
organisasi akan mampu mencapai sukses tertinggi jika ia memiliki;
1)
Sasaran-sasaran dan target-target yang agung;
2)
Keteguhan tetapi sekaligus fleksibel
3)
Budaya kerja yang dihayati secara fanatic
4)
Daya inovasi yang kreatif;
5)
Sistem pembangunan sumber daya manusia (SDM) dari dalam
6)
Orientasi mutu pada kesempurnaan, dan
7)
Kemampuan untuk terus menerus belajar dan berubah secara damai.”
. Penerapan Komunikasi
Persuasif
Kegiatan komunikasi dalam hal ini
adalah proses perpindahan informasi, bisa dikatakan telah ada sejak
terbentuknya masyarakat dan telah menjadi bagian dari kehidupan keseharian
manusia. menurut Suratman (1999) mengatakan bahwa 70% waktu bangun manusia
digunakan untuk berkomunikasi. Disatu
sisi pada hakikatnya komunikasi adalah fitrah manusia, selam manusia masih
mempunyai naluri ingin tahu dan ingin menyampaikan sesuatu kepada sesamanya,
maka selama itu akan ada kegiatan komunikasi.
Komunikasi adalah suatu aspek
kehidupan manusia yang paling mendasar, penting, dan kompleks. Kehidupan
sehari-hari kita sangat dipengaruhi oleh komunikasi kita sendiri dengan orang
lain, bahkan oleh pesan yang berasal dari orang yang kita tidak tahu (we can
not not communication). Karena
ke-kompleks-an komunikasi, maka Little John mengatakan, komunikasi adalah
sesuatu yang sulit untuk didefinisikan. Sementara itu, menurut ensiklopedia
bebas berbahasa Indonesia, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan
(ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain, agar terjadi saling
mempengaruhi di antara keduanya.
Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal
adanya komunikasi persuasif, yaitu komunikasi yang bersifat mempengaruhi audience atau komunikannya, sehingga
bertindak sesuai dengan apayang diharapkan oleh komunikator. Demikian pula dalam kegiatan organisasi,
komunikasi persuasif layak diperlukan untuk mengembangan kemampuan verbal dan
pemahaman antara karyawan dan pimpinannya.
Komunikasi persuasif akan terasa
menjadi efektif jika terjadi komunikasi dua arah baik itu antara karyawan dan
pimpinan atau antara karyawan dengan karyawan, komunikasi umpan balik atau dua
arah memungkinkan proses komunikasi berjalan dengan lebih efektif dan dapat
menciptakan lingkungan yang komunikatif dalam organisasi, dalam hal ini
pimpinan haruslah aktif. Semakin kompleksnya kehidupan manusia, membuat peranan
komunikasi semakin tidak terelakan, untuk kepentingan berinteraksi, memecahkan
masalah, ataupun untuk menjalin hubungan yang baik dengan sesama baik itu
masyarakat maupun rekan ditempat kerja.
Demikian pula bila dilihat dari sudut pandang organisasi atau perusahaan
sebagai suatu kesatuan sosial yang terdiri dari orang atau kelompok orang yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, komunikasi memiliki
peran penting untuk menjalin hubungan atau relation kerja antara pimpinan dan
karyawan.
Pola kedekatan dengan lebih respect
dan memberikan perhatian pada saat karyawan sedang bekerja dirasa sangat
memberikan dorongan, motifasi dan semangat dalam menjalankan semua aktifitas
para karyawan.
Gambaran
Diskripsi Hubungan Komunikasi Persuasif dengan Budaya Kerja
Dalam
proses komunikasi, ada lima elemen dasar yang dikemukakan oleh Harold Lasswell
dengan istilah “Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect”.
Kelima elemen dasar tersebut adalah Who(sumber atau komunikator), Says
What (pesan), in Which Channel (Saluran), to Whom (Penerima),
with What Effect (Efek atau dampak). Lima elemen dasar dari komunikasi
yang dikemukakan oleh Harold Laswell di atas akan bisa membantu para
komunikator dalam menjalankan tugas mulianya.
Berhasil
tidaknya suatu komunikasi tergantung dari kelima elemen dasar tersebut.
Bagaimana komunikator bisa mempengaruhi komunikannya, sehingga bisa bertindak
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator, bahkan bisa merubah sikap
dan perilaku dari komunikan tersebut. Namun, komunikator, pesan, saluran yang
bagaimana yang akan bisa merubah sikap dan perilaku komunikan, serta perubahan
yang bagaimana yang diharapkan harus menjadi perhatian sangat besar bagi kita
semua.
Dalam
ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi persuasif, yaitu komunikasi
yang bersifat mempengaruhi audience
atau komunikannya, sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
komunikator. Menurut K. Andeerson, komunikasi persuasive didefinisikan sebagai
perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau
perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan.
Sedangkan menurut R. Bostrom bahwa komunikasi persuasif adalah perilaku
komunikasi yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau membentuk respon (sikap
atau perilaku) dari penerima.
Komunikasi
persuasif ini dapat dipergunakan dalam kegiatan usaha, khususnya usaha yang
menekankan kepada kegiatan jasa. Yang dikehendaki dalam komunikasi persuasif
adalah perubahan perilaku, keyakinan, dan sikap yang lebih mantap seolah-olah
perubahan tersebut bukan atas kehendak komunikator akan tetapi justru atas
kehendak komunikan sendiri. Persuasi yaitu menggunakan informasi tentang
situasi psikologis dan sosiologis serta kebudayaan dari komunikan, untuk
mempengaruhinya, dan mencapai perwujudan dari apa yang diinginkan oleh message
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi kita menjadi persuasif
atau bisa mempengaruhi orang lain.
Budaya
kerja adalah cara kerja sehari-hari yang bermutu dan selalu mendasari
nilai-niali penuh makna, sehingga menjadi motivasi, memberi inspiras, untuk
senantiasa bekerja lebih baik dan memuaskan, dengan demikian setiap fungsi atau
proses kerja mempunyai perbedaan dalam cara bekerjanya yang mengakibatkan perbedaan
nilai-nilai dalam kerangka kerja organisasi.
Hal tersebut seperti niali-nilai apa saja yang patut dimiliki, dan
bagaimana perilaku setiap orang akan dapat mempengaruhi kerja mereka, kemudian
falsafah yang dianutnya.
Komunikasi
persuasif dikatakan gagal, ketika mengikuti sosialisasi pada seminar di suatu
perguruan tinggi yang dimana audiencenya
adalah mahasiswa dan masyarakat umum yang mempunyai pendidikan dan pengalaman
yang jauh lebih tinggi dari komunikator. Seandainya pada saat itu para komunikator
yang hadir kurang menguasai program yang dibawa, tentunya masyarakat tidak akan
puas, bahkan mungkin tidak akan berpengaruh pada perubahan sikap yang
diharapkan. Ketidak-kredibelan komunikator juga sering disampaikan oleh
masyarakat sendiri, dengan cara membandingkan antara fasilitator yang satu
dengan fasilitator lainnya. Kemudian trustworthiness (dapat dipercaya)
juga sangat penting bagi komunikator supaya komunikasi yang dilakukannya
menjadi persuasif. Ketika seorang komunikator yang sudah tidak dipercaya oleh
komunikan, apapun yang disampaikannya tidak akan didengar oleh komunikannya.
Komunikasi persuasive mengharuskan
Anda untuk menjadi bermanfaat
Saran Seorang pemimpin yang mati
pada saat kedatangan kecuali anggota kelompok bersedia untuk bertindak atas
saran tersebut. Jadi apa yang akan orang-orang yang bergerak? Nah,
apa yang akan membuat Anda bergerak? Orang cenderung untuk mendapatkan kapal
dengan inisiatif ketika ada sesuatu di
dalamnya bagi mereka. Sebuah Direktur TI menjual manajemen puncak tentang
manfaat bersepeda masuk dan keluar computer mungkin mengatakan "Jika kita
bias menggabungkan fungsi yang secara berkala siklus system computer kita
secara drastic dapat meningkatkan efisiensi organisasi dan meningkatkan bottom
line".
Dalam
banyak kasus, anggota kelompok meyakinkan bias dilakukan jauh lebih efektif
jika consensus dibangun dari waktu kewaktu. Daripa damen coba untuk
meyakinkan semua orang sekaligus, meyakinkan hanya beberapa orang pada
satuwaktu.
Sekalilagi,
komunikasi persuasive mengharuskan Anda menempatkan diri Anda pada posisi audiens Anda.
Para pemimpin besar yang persuasif
Pemimpin
harus selalu berkomunikasi dengan cara yang menggambarkan mereka sebagai yang
menjadi mengartikulasikan dan percaya diri. Frase seperti
"ummmm" dan "Anda tahu apa yang saya sayin" memberikan
kesan rendah diri dan kepercayaan diri. Sebaliknya, gunakan kuat,
kata-kata berwarna-warni yang membantu membawa kejelasan untuk apa yang Anda
katakan.
Salah
satu cara untuk mengembangkan keterampilan berbahasa adalah untuk mereka
sendiri berbicara. Kebanyakan smartphone memiliki kemampuan untuk mereka
percakapan. Jika penelepon Anda menyetujui, mereka percakapan Anda dan
memutarulang percakapan kembali di lain waktu.Perhatikan speaker yang menginspirasi
Anda dan membandingkan gaya bahasa Anda.
Para
peneliti telah lama diakui kredibilitas untuk menjadi elemen penting, penting
dalam proses persuasif. Jika seseorang memiliki reputasi untuk menjadi
sangat kredibel, upaya mereka menjadi persuasive jauh lebih mungkin
berhasil. Banyak ahli setuju bahwa kredibilitas secara langsung berkaitan
dengan keahlian dan kepercayaan.
Ingat,
persepsi adalah realitas, terus bekerja dan mengembangkan kredibilitas Anda.
Para pemimpin yang efektif tahu bahwa komunikasi harus
dipersonalisasi untuk menjadi efektif. Setiap situasi yang dihadapi di tempat
kerja perlu ditangani pada tingkat yang nyaman bagi semua orang yang terlibat.
Pemimpin harus mengkomunikasikan pesan dan mendapatkan umpan balik dengan
keyakinan dan perawatan. Dengan demikian, agar efektif dalam menyampaikan pesan
mereka, para pemimpin harus memperhatikan perbedaan individu dan situasi yang
menyediakan mereka dengan konteks yang spesifik untuk berkomunikasi masuk
Pemimpin harus mengandalkan komunikasi untuk menyelesaikan
masalah yang berdampak negatif terhadap lingkungan kerja dan citra kepemimpinan
mereka. Dengan menggunakan persuasi, konsultasi dan pemberdayaan, manajer
efektif dapat memimpin orang-orang dan positif mempengaruhi lingkungan kerja.
Agar berhasil menyajikan pikiran dan ide-ide kepada bawahan, penting bagi para
pemimpin untuk sepenuhnya memanfaatkan ketiga gaya komunikasi dasar.
Bagaimana dan kapan pemimpin menerapkan gaya tergantung pada
situasi tertentu dan motivasi untuk menggunakan mereka. Ketiga gaya dibahas di
bawah ini secara lebih rinci.
Persuasif Komunikasi
Komunikasi persuasif adalah landasan motivasi dan
penyelesaian tugas. Pemimpin yang menggunakan gaya ini berpengaruh dalam
mendorong perubahan positif di tempat kerja. Bagian dari persuasi melibatkan
penggunaan memanfaatkan komentar motivasi seperti, "Ini bagus Mari kita
lakukan!." Komunikasi persuasif yang paling efektif dalam situasi berikut:
- Pemimpin sering melihat ke mendapatkan komitmen atau kesepakatan dari karyawan mereka. Gaya ini bekerja efektif untuk memperkenalkan ide-ide baru, mengubah kinerja, menyimpang dari kursus efektif tindakan, atau beradaptasi dengan berbagai perubahan di tempat kerja. Komunikasi persuasif berfokus pada mempengaruhi orang lain dengan cara yang positif dan menyenangkan.
- Pemimpin mungkin perlu untuk menyelesaikan tugas atau tugas dalam kerangka waktu tertentu atau dengan hasil tertentu. Komunikasi persuasif membantu menentukan pentingnya suatu tugas yang diberikan atau situasi. Efektivitas seorang pemimpin di mencapai kerjasama pekerja tergantung pada kegembiraan dijiwai dalam pesan dan pengirimannya.
- Ketika pemimpin ingin mendorong tingkat yang lebih tinggi kepercayaan dari karyawan mereka, mereka memberikan serangkaian pesan persuasif dan tindakan yang memperkuat kepercayaan diri karyawan, kemampuan dan keterlibatan.
Konsultatif Komunikasi
Komunikasi konsultatif efektif untuk membangun dan
memelihara keterlibatan. Ini mengukuhkan loyalitas karyawan dalam pemimpin.
Gaya ini menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka seperti, "Apa yang Anda
pikir perlu dilakukan di sini?" Seperti pertanyaan menggali isu-isu
tersembunyi dan agenda pribadi. Gaya ini membantu menentukan arah untuk
mengambil terkait dengan kondisi berikut:
- Kadang-kadang ada kebutuhan untuk mengalihkan karyawan yang berpikir jauh dari ide tertentu. Komunikasi konsultasi juga dapat membantu mengarahkan karyawan yang melakukan sesuatu yang tidak produktif.
- Karyawan perlu tahu bahwa mereka memainkan peran kunci dalam menentukan arah, tindakan, atau hasil. Komunikasi konsultatif terutama digunakan untuk membangun kepercayaan. Hal ini juga efektif bila menetapkan tujuan, sasaran, standar kinerja atau harapan tertentu.
- Pemimpin sering ingin meningkatkan partisipasi karyawan mereka '. Gaya ini efektif untuk mengamankan keterlibatan dalam tugas atau tugas yang mungkin menakutkan karena baik perubahan atau ketidakpastian karyawan tentang kemampuan atau keterampilan yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan tugas.
Memberdayakan Komunikasi
Gaya memberdayakan efektif bila pemimpin ingin karyawan
untuk menerima tanggung jawab. Pemimpin memanfaatkan gaya ini cenderung
menggunakan frase seperti, "lakukan sesuai keinginan Anda" dan
"membuat keputusan Anda berpikir perlu dibuat" bersama dengan kata-kata
seperti, "efektif" dan "efisien." Gaya ini paling baik
digunakan dalam situasi berikut:
- Pemimpin membutuhkan usaha koperasi. Ketika situasi mengharuskan kerja karyawan dengan arah sedikit untuk menyelesaikan tugas, gaya ini dapat digunakan untuk semen kepercayaan diri mereka dan membantu mereka mencapai motivasi diri. Pada saat yang sama membantu menyamakan beban kerja karyawan dan menanamkan keinginan pada orang untuk mencapai atau melampaui harapan.
- Pemimpin mungkin perlu untuk mendelegasikan. Dalam situasi ini, gaya memberdayakan sangat efektif bila dikombinasikan dengan gaya konsultatif. Digunakan bersama-sama, para pemimpin tidak menunda tanggung jawab, tetapi memperoleh komitmen untuk tujuan dan tugas-tugas dengan mengembangkan rasa hormat dan keharmonisan antara mereka dan bawahan mereka.
- Pemimpin menuntut hasil yang lebih baik dan standar dari karyawan. Gaya diberdayakan bekerja untuk memotivasi, memperkuat upaya dan kalikan hasilnya. Hal ini sangat efektif dalam mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat sementara memotivasi orang untuk tampil di tingkat yang lebih tinggi.
Pemimpin menuntut hasil yang lebih baik dan standar dari
karyawan. Gaya diberdayakan bekerja untuk memotivasi, memperkuat upaya dan
kalikan hasilnya. Hal ini sangat efektif dalam mendapatkan kepercayaan dan rasa
hormat sementara memotivasi orang untuk tampil di tingkat yang lebih tinggi.
Empat langkah dalam komunikasi
persuasif di tempat kerja
Kebanyakan orang bisnis melihat persuasi sebagai proses
sederhana. Mereka pikir itu terdiri dari:
- pernyataan yang kuat dari posisi Anda
- garis besar argumen pendukung, diikuti oleh penjelasan, sangat tegas berbasis data
- masuk ke dalam diskusi dengan orang lain dan memperoleh kesepakatan mereka siap
Dengan kata lain, Anda menggunakan logika, ketekunan dan
antusiasme personal untuk mendapatkan orang lain untuk membeli ide yang baik.
Salah. Salah. Salah! Ini tidak bekerja.
Persuasi tempat kerja yang efektif dipelajari ketat oleh
Profesor Jay Conger, Profesor Perilaku Organisasi di University of Southern
California. Selama periode 12-tahun ia terakhir karakteristik pemimpin bisnis
yang sukses dan agen perubahan, dan mempelajari literatur akademis tentang
persuasi dan retorika.
Bunga Conger berfokus pada persuasi sebagai suatu proses dan
bukan sebagai peristiwa tunggal, yaitu satu presentasi. Dia membentuk
kesimpulan yang pasti tentang kualitas yang diperlukan persuasi yang efektif:
"Persuasi yang efektif menjadi sebuah proses negosiasi
dan pembelajaran melalui mana pembujuk mengarah rekan untuk solusi masalah ini
bersama." Ini adalah proses yang sulit dan memakan waktu.
Penelitian Conger mengindikasikan bahwa persuasi yang
efektif terdiri dari empat langkah yang berbeda dan perlu:
- Membangun kredibilitas Anda
Di tempat kerja, kredibilitas
berasal dari keahlian dan hubungan. Orang-orang yang dianggap memiliki tingkat
keahlian yang tinggi jika mereka memiliki riwayat penghakiman suara atau telah
membuktikan dirinya berpengetahuan dan baik informasi tentang proposal mereka.
Mereka telah menunjukkan dari waktu ke waktu bahwa mereka dapat dipercaya untuk
mendengarkan dan bekerja demi kepentingan terbaik dari orang lain.
- Membingkai tujuan Anda dengan cara yang mengidentifikasi kesamaan dengan yang Anda berniat untuk membujuk.
Ini adalah proses mengidentifikasi
manfaat bersama yang sangat penting untuk mengidentifikasi manfaat nyata tujuan
Anda kepada orang-orang Anda mencoba untuk membujuk. Jika tidak ada keuntungan
bersama yang mudah terlihat, lebih baik untuk menyesuaikan posisi Anda sampai
Anda menemukan keuntungan bersama.
Para pembujuk terbaik erat mempelajari isu-isu yang penting bagi rekan-rekan mereka. Mereka menggunakan percakapan, pertemuan, dan bentuk-bentuk lain dari dialog untuk mengumpulkan informasi penting. Mereka pandai mendengarkan. Mereka menguji ide-ide mereka dengan kontak terpercaya dan mempertanyakan orang-orang yang nantinya akan membujuk. Seringkali proses ini menyebabkan mereka untuk mengubah atau kompromi rencana mereka sendiri bahkan sebelum mereka mulai membujuk. Ini adalah melalui pendekatan ini, bijaksana ingin tahu mereka mengembangkan frame yang menarik bagi para pembaca.
Para pembujuk terbaik erat mempelajari isu-isu yang penting bagi rekan-rekan mereka. Mereka menggunakan percakapan, pertemuan, dan bentuk-bentuk lain dari dialog untuk mengumpulkan informasi penting. Mereka pandai mendengarkan. Mereka menguji ide-ide mereka dengan kontak terpercaya dan mempertanyakan orang-orang yang nantinya akan membujuk. Seringkali proses ini menyebabkan mereka untuk mengubah atau kompromi rencana mereka sendiri bahkan sebelum mereka mulai membujuk. Ini adalah melalui pendekatan ini, bijaksana ingin tahu mereka mengembangkan frame yang menarik bagi para pembaca.
- Memperkuat posisi Anda menggunakan bahasa yang jelas
dan bukti kuat.
Data suplemen Persuasif orang dengan contoh-contoh, cerita, metafora dan analogi untuk membuat posisi mereka menjadi hidup. Kata gambar Vivid meminjamkan kualitas yang menarik dan nyata ke titik pembujuk pandang. - Terhubung secara emosional dengan audiens Anda.
Meskipun kita suka berpikir para
pengambil keputusan menggunakan alasan untuk membuat keputusan mereka, kita
akan selalu menemukan emosi bermain jika kita menggaruk di bawah permukaan.
Pembujuk yang baik menyadari keutamaan emosi dan responsif terhadap mereka
dalam dua cara penting. Pertama, mereka menunjukkan komitmen emosional mereka
sendiri ke posisi mereka menganjurkan (tanpa berlebihan, yang akan menjadi
kontra-produktif). Kedua, mereka memiliki rasa yang kuat dan akurat dari
keadaan emosi penonton mereka, dan mereka menyesuaikan nada mereka dan
intensitas argumen mereka sesuai.
Hindari empat kesalahan besar
persuasi
Dari penelitian melelahkan itu, Conger menyimpulkan bahwa
empat besar kesalahan dalam proyek persuasi utama adalah:
- Mencoba untuk membuat kasus Anda dengan menjual muka keras. Menetapkan posisi yang kuat di awal benar-benar memberikan lawan potensial sesuatu untuk meraih ke dan melawan. Ini jauh lebih baik untuk tidak memberikan lawan target yang jelas di awal.
- Menolak kompromi , Terlalu banyak orang melihat kompromi sebagai menyerah, namun kompromi penting untuk persuasi konstruktif. Sebelum orang membeli ke sebuah proposal yang mereka ingin melihat bahwa pembujuk cukup fleksibel untuk menanggapi keprihatinan mereka. Kompromi sering dapat menyebabkan lebih baik, lebih berkelanjutan, solusi bersama.
- Berpikir
rahasia persuasi terletak dalam menyajikan argumen yang besar.
Besar argumen materi, tetapi mereka hanya satu komponen. Faktor-faktor lain peduli sama banyak, seperti kredibilitas pembujuk dan kemampuan mereka untuk menciptakan posisi yang saling menguntungkan untuk diri mereka sendiri dan audiens mereka (menang: menang), untuk menghubungkan pada tingkat emosional yang tepat dan berkomunikasi melalui bahasa hidup yang membuat argumen menjadi hidup . - Dengan asumsi persuasi adalah upaya satu kali. Persuasi adalah sebuah proses, bukan peristiwa. Solusi Bersama jarang dicapai pada percobaan pertama.